BICARA DUNIA BAKAL GAK ADA HABISNYA
 

BICARA DUNIA BAKAL GAK ADA HABISNYA

 

Jika kita bicara dunia bakal gak ada habisnya. Begitu juga dengan keinginan manusia, setelah tercapai keinginan yang pertama, tentu akan lahir keinginan yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Manusia tidak akan puas terhadap hal yang telah dicapai, karena memang pada hakikatnya manusia akan terus haus terhadap hal yang berkaitan dengan duniawi. 

 

Sehingga untuk memenuhi keinginan tersebut, manusia berusaha mati-matian dalam bekerja, mulai dari pagi hingga sore hari bahkan hingga larut malam. Kenapa begitu? Ya, karena manusia penuh dengan rasa gengsi dan ego. Rasa gengsinya lebih tinggi daripada hasil yang dia dapati dari pekerjaannya. Seakan-akan ia mampu untuk memilikinya padahal dia tertatih di hal yang lain yang di mana hal itu lebih penting daripada sesuatu yang diinginkannya. Apakah kita salah punya keinginan? Gak ada yang salah kok. Cuma cara kita aja yang salah, salah dalam menempatkan mana yang primer, mana yang sekunder dan mana yang tersier. 

 

Dari salah penempatan tersebut akan muncul berbagai masalah di kehidupan kita. Kita tidak tahu lagi mana kebutuhan dan mana keinginan. Lalu, kita juga tidak tahu mana yang harus dipenuhi segera dan mana yang dapat dikesampingkan terlebih dahulu. Sehingga mulai terbukanya pintu-pintu utang piutang, tiap bulan akan ada notifikasi untuk pembayaran berbagai macam cicilan. Jadi, penghasilan baru didapat, eh sudah lenyap di awal bulan karena harus menutupi cicilan-cicilan tersebut. Kok bisa sih? Ya tadi, tingginya rasa gengsi dan ego yang dimiliki setiap orang. 

 

Terkadang ada sekelompok manusia yang menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi keinginannya itu. Mereka tidak lagi takut dengan keberadaan Tuhan. Terkesan seperti diperbudak oleh dunia, suka tidak suka, mau tidak mau, setuju tidak setuju realitanya kita memang seperti itu. Di mindset manusia sepertinya selalu dengan dunia, dunia dan lagi-lagi dunia. Dari hari ke hari kita semakin disibukkan dengan berbagai aktivitas dunia. 

 

Kita harus jujur bahwa jika ditanya lelah, tentu sangatlah lelah. Lelah dengan deadline pekerjaan atau tugas, lelah dengan keharusan-keharusan yang terbentuk oleh masyarakat, lelah dengan kebohongan dunia, lelah diperbudak oleh dunia hingga kita lupa dengan eksistensi diri kita sendiri. Sehingga kita lupa untuk beristirahat dan untuk membahagiakan diri sendiri. Seharusnya rasa gengsi dan ego sewajarnya saja, tidak perlu berlebihan, jika berlebihan ya beginilah, kita diperbudak oleh dunia dan lupa akan diri sendiri. 

 

Sebagai manusia yang hidup di dunia, semestinya kita harus jauh lebih cerdas bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan sementara dan kita hanya musafir yang sedang berjalan menuju kampung halaman. Kita terlalu banyak dibohongi dengan dunia dan bukannya sadar malah tertipu daya. Karena kehidupan pasti akan menemui yang namanya kematian.

 

Reminder untuk diriku dan untuk pembaca artikel ini, bahwa dunia ini gak bakal ada habisnya kalo dicerita karena ya, dunia hanya sebatas fatamorgana. Hiduplah seimbang antara dunia dengan akhirat.      






            

 

“Jika kita mengejar dunia, dunia akan terus berlari menjauh dari kita dan akhirat juga akan begitu. Akan tetapi, sebaliknya, jika kita berputar arah untuk mengejar akhirat, maka dunia akan dipaksa untuk mendekati kita”. 

- Mulfiya -

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *